Sumber Gambar: https://editorialkaltim.com/plt-disdikbud-kaltim-ajak-mahasiswa-kedokteran-unmul-lebih-peka-sosial/
Kabar Hari Ini – Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Timur (Disdikbud Kaltim), Rahmat Ramadhan, hadir sebagai pembicara dalam acara Local Leadership Summit 2025 yang diselenggarakan oleh CIMSA Fakultas Kedokteran di Universitas Mulawarman (Unmul), pada hari Minggu (1/6/2025). Dalam forum yang berlangsung di Samarinda itu, Rahmat menyoroti pentingnya kepekaan sosial bagi para mahasiswa kedokteran sebagai calon tenaga kesehatan masa depan.
Dorongan untuk Memahami Konteks Sosial dan Budaya
Dalam sambutannya, Rahmat Ramadhan mengajak para mahasiswa untuk lebih peka terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat, khususnya saat menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan di lapangan. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan edukasi kesehatan tidak hanya bergantung pada keilmuan medis, tetapi juga pada kemampuan memahami cara masyarakat merespons informasi berdasarkan latar belakang budaya mereka.
“Saya tidak tahu, mungkin karena body mereka lebih kuat dari kita yang biasa bersih-bersih, ya… Tapi konteks sosial dan budaya sangat memengaruhi cara masyarakat menerima, memahami, dan merespons informasi kesehatan. Ini yang teman-teman harus sikapi di kemudian hari,” ujar Rahmat.
Ia kemudian menceritakan pengalamannya semasa kecil di kawasan Air Putih, Samarinda. Di sana, seorang dokter legendaris bernama dr. Ellen menjadi panutan karena kepeduliannya terhadap masyarakat kecil. Dokter tersebut kerap menerima bayaran dari pasien dalam bentuk ayam atau sayuran tanpa mempermasalahkannya.
“Beliau tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Justru beliau menghargai bentuk kontribusi masyarakat sesuai kemampuan mereka,” kenangnya.
Ketimpangan Sosial dan Tantangan di Daerah
Rahmat juga menyinggung masalah ketimpangan sosial yang kerap ditemukan di berbagai daerah di Kalimantan Timur. Ia menyoroti bagaimana masih ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan tinggi, terutama jika lebih cerdas dari laki-laki. Hal ini, menurutnya, menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi para mahasiswa kedokteran ketika nantinya bertugas di wilayah terpencil.
“Kadang perempuan dianggap tidak perlu sekolah tinggi, apalagi kalau lebih pintar dari laki-laki. Ini sering terjadi. Nanti kalau adik-adik ditugaskan ke daerah seperti ini, harus siap mental. Jangan sampai malah menyerah atau menangis karena tekanan,” tegas Rahmat.
Mahasiswa Diharapkan Jadi Agen Perubahan
Dalam forum tersebut, Rahmat mengapresiasi inisiatif mahasiswa kedokteran yang mulai membuka ruang kolaborasi lintas sektor, termasuk menggandeng pemerintah daerah. Ia menekankan bahwa edukasi kesehatan yang efektif harus berbasis pada ilmu pengetahuan yang kuat, namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal serta memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Menurutnya, mahasiswa kedokteran tidak hanya dituntut menjadi profesional di bidang medis, tetapi juga harus menjadi agen perubahan yang adaptif, empatik, dan peka sosial terhadap berbagai tantangan di masyarakat.
Acara ini menjadi bagian penting dari penguatan kepemimpinan muda di sektor kesehatan yang berbasis budaya lokal di Kalimantan Timur. Kegiatan semacam ini dinilai mampu membentuk karakter mahasiswa sebagai pemimpin yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kepedulian sosial tinggi.
Ikuti kabar hari ini dan informasi seputar Kalimantan Timur lainnya dengan mengikuti akun Instagram @editorialkaltimcom.